Rekonstruksi Kejayaan Islam Masa Lalu Untuk Masa Mendatang


Rekonstruksi Kejayaan Islam Masa Lalu Untuk Masa Mendatang

Oleh: Syifa’ur Romli (22002012012)

Sejarah peradaban Islam telah mengalami pasang surut keadaan. Dalam siklusnya, fase peradaban Islam akan memulai suatu kebangkitan, kemudian mencapai puncak kejayaan, fase ini yang kemudian dicatat sebagai sebuah prestasi gemilang dalam suatu kurun pada masanya. Sehingga pada akhirnya, semua puncak kejayaan yang telah berjalan dengan masa yang berbeda-beda, akan kemudian mengalami tahap degredasi yang akan berakhir pada titik kemunduran dan keruntuhannya. Semua siklus peradaban Islam masa lalu yang pernah tercatat pun juga telah mengalami fase semacam itu.
Dalam catatan sejarah setiap kemunduran peradaban Islam masa lampau, akan juga menorehkan beberapa catatan yang melatar belakangi kemundurannya. Meliputi tokoh, kebijakan, pengaruh bangsa lain hingga catatan kekalahan dalam perang.
Pada kesempatan ini, penulis akan mencoba membuat rekonstruksi ulang kejayaan Islam di masa lampau untuk direalisasikan di masa mendatang tentu dalam konteks berbangsa dan bernegara sebagaimana masa saat ini. Namun pada rekonstruksi ini, penulis tidak akan menggunakan identitas agama tertentu sebab tentunya tidak akan sinkron. Oleh karenanya rekonstruksi yang akan dipaparkan kali ini lebih mengerucut sesuai kondisi zaman dan keadaan yang dalam hal ini konteks membangun kemajuan dan kemakmuran suatu bangsa dan negara dengan tolak ukur evaluasi kejayaan Islam masa lampau.

Rekonstruksi Kejayaan Islam Masa Lalu Untuk Masa Mendatang
Gambaran Kejayaan Peradaban Islam di masa lalu
1.    Membangun struktur negara
Pada mulanya, bangsa manapun yang berhasil berdiri sendiri dalam bingkai kemerdekaan dan pengakuan dari bangsa lain adalah merancang dasar dan struktur negaranya. Ibarat suatu bangunan, poin ini adalah pondasinya. Bagaimana kekuatan suatu negara, maka lihatlah dari pondasi dan tiangnya.
a)    Melatih rohani rakyat
Baik di dalam syari’at islam atau agama lain, ajaran untuk menjadi pribadi yang baik adalah suatu perintah untuk dijalankan. Maka membangun rakyat yang berkepribadian baik dirasa sangat wajib untuk dilakukan. Membentuk hati, jiwa, akal dan mental mereka untuk semaksimal mungkin mengakar dalam mindset masyarakat. Hal ini adalah acuan awal. Sebab sebaik apapun penguasanya, namun dia berdiri di antara rakyat yang jelek, maka akhirnya akan jatuh juga.
b)    Jeli dalam memilih aparatur
c)    Tepat dalam menentukan posisi
d)    Teliti dalam membuat kebijakan
e)    Bijak dalam menyelesaikan konflik
f)     Membangun kepercayaan di mata masyarakat
Poin ini sengaja dimasukkan sebab membangun citra merupakan hal urgen bagi seorang pemimpin. Guna menghindari penghianatan dari pejabat bawahan serta pemberontakan dari rakyatnya, maka perlulah pejabat bawahan sekaligus rakyat turut proktif dalam mendukung segala kebijakan pemimpin. Tentunya, membangun citra yang sesuai dengan tuntunan Syari’ah. Bahkan di masa Rasulullah, Sahabat serta para penguasa dinasti dahulunya, hampir seluruhnya membuat kaum non muslim merasa aman dan percaya kepada penguasa mereka yang statusnya adalah penguasa Muslim.
2.    Memperkokoh kedaulatan wilayah
Membahas wilayah kedaulatan suatu wilayah kekuasaan tidak bisa dianggap remeh. Bahkan bukan hal yang mengherankan bilamana setiap negara di dunia ini menggunakan aparat tertentu guna mengawasi serta menjaga batasan wilayah kekuasaannya. Satu-satunya hal yang sangat sensitif terletak pada batas kekuasaan. Bahkan satu-satunya peluang untuk menyerang mulanya adalah memperhatikan perbatasan wilayah.
Membangun kekokohan dalam kedaulatan dengan memahami garis teritorial wilayah dengan sangat inten harus dan perlu dilakukan. Bahkan hewan yang merupakan mahluk tak berakal sekalipun tahu kapan dia merasa terancam apabila ada sosok lain mulai mencoba melewati garis kekuasaannya. Oleh sebab itu, memperhitungkan dan mengkuatkan secara maksimal aparat yang bertugas dalam hal ini antara lain:
1)    TNI (AD, AU dan AL)
2)    Menteri Pertahanan
3)    Pemantau garis pebatasan
4)    Intensifitas Patroli
Tidak lain semua untuk menjaga keamanan suatu bangsa dari ancaman serangan bangsa lain yang dengan tiba-tiba bisa saja dapat memporak porandakkan suatu peradaban dalam hitungan hari. Sekaligus membuktikan kepada bangsa lain bahwa suatu bangsa yang sangat ketat dalam menjaga garis perbatasan wilayahnya akan sulit untuk dilenyapkan begitu saja. Pada masa lalu kita telah diajarkan bagaimana Yarusalem pernah jatuh ke tangan tentara Salib akibat kalah dalam mempertahankan wilayahnya ketika diserang.
3.    Pengelolaan ekonomi
Menjadi hal yang sangat tidak boleh dilewatkan dalam membangun suatu bangsa yang maju. Status perekonomian termasuk ke dalam jajaran paling atas untuk melestarikan kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa. Sejauh ini, asesoris negara memiliki ketergantungan terhadap nilai materil. Seluas apapun wilayah kekuasaannya, bila rancu dalam menata perekonomian, maka terlalu lelap dalam mimpi menjadi bangsa yang maju dan berkembang. Berikut tawaran pengelolaan ekonomi dalam rancangan masa mendatang:
a)    Membuka dan menerapkan sistem baitul maal
b)    Memberlakukan sistem Muamalah Syar’iyyah
c)    Menghilangkan bunga
d)    Pemerataan pangan dengan memaksimalkan lahan pertanian
e)    Membatasi kepemilikan tuan tanah secara Individual
f)     Meminimalkan Ekspor hasil bumi
g)    Membatasi investor atau saham asing
h)    Menyeimbangkan pengeluaran dengan pemasukan
i)     Tidak terlalu mudah berhutang

4.    Teliti dalam membangun kerja sama
Dalam beberapa kasus kejayaan masa lampau, beberapa kasus kemunduran banyak terjadi akibat hal serius yang dianggap sepele semacam ini. Tawaran kerja sama dari bangsa lain yang tidak dikaji secara mendalam maksud dan tujuannya, bisa jadi adalah strategi politik tak kasat mata untuk lambat laun menjajah dan menggerogoti kedaulatan serta kemandirian suatu bangsa.  Begitu pula dalam konteks memilih mitra kerjasama. Memilah mitra menjadi urgen demi memajukan suatu bangsa, bukan sebaliknya.
5.    Mata rantai kaderisasi
Termasuk salah satu kelalaian Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi dalam catatan emasnya membangun peradaban Islam Dinasti Ayyubiyah adalah kurangnya melakukan kaderisasi. Beliau tumbuh gemilang dari proses kaderisasi pamannya Asaduddin Syirkuh yang secara tidak langsung memberikannya contoh dalam merangkul segala urusan. Sehingga akhirnya beliau menjadi pemimpin yang sangat gemilang dalam memajukan suatu peradaban. Namun hal itu dilupakannya untuk diteruskan kepada anak cucu serta orang-orang terdekatnya. Sehingga putranya sendiri Turansyah, menjadi korban kecacatan keturunan Sultan Shalahuddin dalam memimpin suatu bangsa.
6.    Menerapkan prinsip Aswaja
Islam terlahir sebagai agama Rahmat bagi seluruh alam. Maka harus dilanjutkan dengan misi Rahmat juga. Prinsip dasar Aswaja tak hanya bernilai objektif bagi kaum muslim belaka. Sebab pemimpin suatu peradaban tidak hanya akan berdiri dalam satu bentuk kultur dan budaya. Islam telah terlebih dahulu menyediakan konsep dasar dalam Ahlus Sunnah wal Jamaah (Aswaja) untuk menyajikan Rahmat itu untuk siapapun manusia yang didakwahinya. Berikut empat prinsip dasar Aswaja yang harus juga menjadi prinsip bagi seorang pemimpin:
a)    Adil
b)    Moderat
c)    Proporsional
d)    Toleransi
7.    Mengesampingkan kepentingan pribadi
Masih pada pelajaran Dinasti Ayyubiyah. Dimana pada akhirnya sifat manusiawi Sulthan Shalahuddin Al-Ayyubi telah menjadikan masa puncak kejayaan di dalam genggamannya mencapai titik awal kemundurannya. Sulthan yang diberi julukan “Sang Penakluk” itu ternyata tak mampu menaklukkan godaan seorang perempuan cerdas dan cantik rupawan berjuluk Syajarah Ad-Dur yang tanpa disadarinya memiliki kegilaan juga terhadap kekuasaan. Maka hendaklah pemimpin sangat berhati-hati dalam menuntun hati di tengah hawa nafsu dunia yang fana’ demi kemulusan dan keberhasilan misinya membangun peradaban yang maju, berkembang dan abadi.
a)    Kepentingan dunia
b)    Kepentingan politik jabatan
c)    Kepentingan nafsu
Bahkan tiga unsur di atas terlebih dahulu diperingatkan Rasulullah agar selalu dihindari dalam meniti jalan kehidupan di dunia yang sementara ini, guna mencapai kehidupan yang hakiki kelak.

Wallaahu A’lam Bisshowaab...
           

0 Response to "Rekonstruksi Kejayaan Islam Masa Lalu Untuk Masa Mendatang"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel